Terdengar sungguh remeh tentang satu bidang ilmu ini, Karena tidak pernah kita pelajari dibangku sekolah ataupun tempat kursus akademik2 lainnya. Sehingga jarang sekali orang akan expert dan survive mungkin dalam dunia Cinta. Kegagalan dan kegagalan serta sampai kematian menyertai dari ketidak tahuan tentang Cinta,,,, Hal tersebut terjadi secara akumulatif disebabkan oleh beberapa factor diantarnya : 1. Menganggap remeh atau sebelah mata tentang Ilmu Cinta 2. Menganggap tau padahal tidak tau (baca sok tau) 3. Ketakutan akan Cinta 4. Analisis yang salah terhadap fitrah Cinta (akan dibahas di post yang lain) 5. Ruang lingkup dan referensi yang sempit.
Dari beberapa hal diatas gua dan rob (baca pengasuh) berkeyakinan bahwa 5 item tersebut sering terjadi pada elu-elu semua dan jangan pernah merasa sendiri, karena kami juga pernah mengalaminya. Terasa sangat tidak mengenakan dan menjadi luka yang kadang kala lama untuk secure bahkan mungkin tidak terobati…..Apa mau merasakan ketidak enakan tersebut sampai ajal menjemput atau sampai pernikahan kita yang pertama ( hehehehe,, terlalu jauh ya??).
So,,Ruh what your’s Solution???!! Be patient Guys,,,,,,
Seperti kita menuntut ilmu umum lainnya, perlu waktu, praktek bahkan harus sampai implementasi dalam kehidupan cinta mungkin juga sampai dituntut pada sacrifice (sacrifice jangan mikir apatis dulu).
Gua akan mencoba sedikit menjabarkan beberapa tatanan Ilmu cinta biar kita punya koridor untuk bicara dalam post pertama ini, yaitu mengenai ilmu cinta. Ilmu cinta terbagi dalam 4 (empat) kategori besar yang harus dipahami satu persatu dan berurutan, jika tidak,, maka akan menjadi percuma dan menjadi sampah!!! Empat Tatanan Ilmu Cinta :
Mungkin istilah diatas terdengar asing ataupun terkesan menjiplak dari Ilmu Sang Khalik ,,, Apa boleh???? Tentu saja boleh karena cinta datangnya juga dari Sang Pencinta ( Allah SWT ). Kalau bibir kalian langsung membleee,, mungkin kalian harus membaca kembali Dasar Cinta yang kami punya disamping halaman ini. Untuk elu yang pada mulai mendekatkan mata pada monitor computer!! itu bagus karena itu adalah awal yang baik untuk mencoba membuka pemikiran anda. Gua ucapin selamat !! karena Gua akan membawa elu secara perlahan untuk memulai telaah Ilmu Cinta ini. By ruh...
KESABARAN SEORANG IBU TERHADAP ANAKNYA YANG SEKARAT
Prof. DR. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Manshiyah (Sebab-sebab yang terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Sang dokter berkata:
Pada suatu hari –hari selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat. Pada hari kamis pukul 11.15 –aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku melakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Azza Wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut? Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!” Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi. Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kamipun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Dan akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah, spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat yang semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan dikepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Azza wa Jalla, dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2⁰C, maka kukatakan kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menangis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari! Wahai dokter, suhu badannya 37,6⁰C, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang nomor 5, suhu badannya 41⁰C lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien nomor 6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.” Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang indah lagi agung: “Fathuba lil Ghuraba’ (Beruntunglah orang-orang yang asing)” Sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dengan bertawakkal kepada Allah: “Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi. Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya seumur hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencangkup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda. Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi. Aku tidak berharap. Keadaanya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya. Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan mengharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu? Sebelum kukabarkan kepada anda, Apakah anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdoa, dan merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla? Tahukah anda apa yang tejadi pada anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Azza wa Jalla sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya seakan-akan tidak ada sesuatu apapun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat. Kisah ini tidaklah berhenti sampai disini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab: “Tidak mengenal mereka.” Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.” Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan airmata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan? Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia. Sang suami berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syari. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing/gosip), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendoakanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.” Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai………….
( Dikutip dari kitab Asbab Manshiyah dan majalah Qiblati, edisi 01 tahun III, 10-2007 )
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam apabila ada sesuatu yang membuatnya senang, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahil ladzi bini’matihi tatimmush shalihaat (Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.” Dan apabila ada sesuatu yang beliau benci, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahi ‘ala kulli haal (Segala puji bagi Allah pada setiap keadaan).” (Hadits Shahih: shahihul Jami’ IV/201)
Dakwah Rasulullah yang dilakukan si
Mekkah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan berlangsung selama
13 tahun. Rintangan makin lama makin bertambah karena itu Allah Menyediakan
Tempat yang subur untuk da’wah yaitu Madinah. Disinilah membangun umat untuk
dijadikan duta keseluruh pelosok dunia
Beberapa Peristiwa Penting tentang Hijrah Nabi Muhammad
SAW ke Madinah
Pertama
Tersebarnya berita tentang masuk
Islamnya sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah), membuat orang-orang kafir
Quraisy semakin meningkatkan tekanan terhadap orang-orang Mukmin di Makkah.
Lalu Nabi saw. memerintahkan kaum
Mukminin agar hijrah ke kota Madinah. Para sahabat segera berangkat menuju
Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh. Namun Umar bin
Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke
pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Ia berseru, “Siapa di antara
kalian yang bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di lembah
anu, besuk pagi saya akan hijrah.” Tidak seorang pun berani menghadang Umar.
Kedua
Setelah mengetahui kaum Muslimin
yang hijrah ke Madinah itu disambut baik dan mendapat penghormatan yang
memuaskan dari penduduk Yastrib, bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy di Darun
Nadwah. Mereka merumuskan cara yang diambil untuk membunuh Rasululah saw. yang
diketahui belum berangkat bersama rombongan para sahabat. Rapat memutuskan
untuk mengumpulkan seorang algojo dari setiap kabilah guna membunuh Nabi saw.
bersama-sama. Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak
akan berani berperang melawan semua suku yang telah mengu¬tus algojonya
masing-masing. Kelak satu-satunya pilihan yang mungkin ambil oleh Bani Manaf
ialah rela menerima diat (denda pembunuhan) atas terbunuhnya Nabi. Keputusan
bersama ini segera dilaksanakan dan para algojo telah berkumpul di sekeliling
rumah Nabi saw. Mereka mendapat instruksi: “Keluarkan Muhammad dari rumahnya
dan langsung pengal tengkuknya dengan pedangmu!”
Ketiga
Pada malam pengepungan itu Nabi saw.
tidak tidur. Kepada keponakannya, Ali r.a., beliau memerintahkan dua hal:
pertama, agar tidur (berbaring) di tempat tidur Nabi dan, kedua, menyerahkan
kembali semua harta titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Rasulullah saw.
kepada para pemiliknya.
Nabi keluar dari rumahnya tanpa
diketahui oleh satu orang pun dari para algojo yang mengepung rumahnya sejak
senja hari. Nabi saw. pergi menuju rumah Abu Bakar yang sudah menyiapkan dua
tunggangan (kendaraan) lalu segera berangkat. Abu Bakar menyewa Abdullah bin
Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan jalan yang tidak biasa menuju Madinah.
Keempat
Rasulullah dan Abu Bakar berangkat
pada hari Kamis tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun kelima puluh tiga dari kelahiran
Nabi saw. Hanya Ali dan keluarga Abu Bakar saja yang tahu keberangkatan Nabi
saw. dan Abu Bakar malam itu menuju Yatsib. Sebelumnya dua anak Abu Bakar, Aisyah
dan Asma, telah menyiapkan bekal secukupnya untuk perjalanan itu. Kemudian Nabi
saw. ditemani Abu Bakar berangkat bersama penunjuk jalan menelusuri jalan
Madinah-Yaman hingga sampai di Gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ
dan penunjuk jalan disuruh kembali secepatniya guna menyampaikan pesan rahasia
Abu Bakar kepada putranya, Abdullah.
Tiga malam lamanya Nabi saw. dan Abu
Bakar bersembunyi di gua itu. Setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah bin
Abu Bakar yang bertindak sebagai pengamat situasi dan pemberi informasi.
Kelima
Lolosnya Nabi saw. dari kepungan
yang ketat itu membuat kalangan Quraisy hiruk pikuk mencari. Jalan
Makkah-Madinah dilacak. Tetapi mereka gagal menemukan Nabi saw. Kemudian mereka
menelusuri jalan Yaman-Madinah. Mereka menduga Nabi pasti bersembunyi di Gua
Tsur. Setibanya tim pelacak itu di sana, alangkah bingungnya mereka ketika
melihat mulut gua itu tertutup jaring laba-laba dan sarang bunung. Itu pertanda
tidak ada orang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak dapat melihat apa
yang ada dalam gua, tetapi orang yang di dalamnya dapat melihat jelas rombongan
yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa sangat khawatir akan
keselamatan Nabi. Nabi berkata kepadanya, “Hai Abu Bakar, kita ini berdua dan
Allah-lah yang ketiganya.”
Keenam
Kalangan kafir Quraisy mengumumkan
kepada seluruh kabilah, “Siapa saja yang dapat menyerah¬kant Muhammad dan
kawannya (Abu Bakar) kepada kami hidup atau mati, maka kepadanya akan diberikan
hadiah yang bernilai besar.” Bangkitlah Suraqah bin Ja’syam mencari dan
mengejar Nabi dengan harapan akan menjadi hartawan dalam waktu singkat.
Sungguhpun jarak antara Gua Tsur
dengan rombongan Nabi sudah begitu jauh, namun Suraqah ternyata dapat
menyusulnya. Tatkala sudah begitu dekat, tiba-tiba tersungkurlah kuda yang
ditunggangi Suraqah, sementara pedang yang telah diayunkan ke arah Nabi tetap
terhunus di tangannya. Tiga kali ia mengibaskan pedangnya ke arah tubuh Nabi,
tetapi pada detik-detik itu pula kudanya tiga kali tersungkur sehingga tak
terlaksanalah maksud jahatnya. Kemudian ia menyarungkan pedangnya dalam keadaan
diliputi perasaan kagum dan yakin, dia benar-benar berhadapan dengan seorang
Nabi yang menjadi Rasul Allah. Ia mohon kepada Nabi agar berkenan menolong
mengangkat kudanya yang tak dapat bangun karena kakinya terperosok ke dalam
pasir. Setelah ditolong oleh Nabi, ia meminta agar Nabi berjanji akan
memberinya hadiah berupa gelang kebesaran raja-raja. Nabi menjawab, “Baiklah.”
Kemudian kembalilah Suraqah ke
Makkah dengan berpura-pura tak menemukan seseorang dan tak pernah mengalami
kejadian apa pun.
Ketujuh
Rasulullah dan Abu Bakar tiba di
Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nantikan
masyarakat Madinah. Pagi hari mereka berkerumun di jalanan, setelah tengah hari
barulah mereka bubar. Begitulah penantian mereka beberapa hari sebelum
kedatangan Nabi. Pada hari kedatangan Nabi dan Abu Bakar, masyarakat Madinah
sudah menunggu berjubel di jalan yang akan dilalui Nabi lengkap dengan regu
genderang. Mereka mengelu-elukan Nabi dan genderang pun gemuruh diselingi
nyanyian yang sengaja digubah untuk keperluan penyambutan itu: “Bulan purnama
telah muncul di tengah-tengah kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita
bersyukur, atas ajakannya kepada Allah. Wahai orang yang dibangkitkan untuk
kami, kau datang membawa sesuatu yang ditaati.”
Kedelapan
Di tengah perjalanan menuju Madinah,
Rasu¬lullah singgah di Quba’, sebuah desa yang terletak dua mil di selatan
Madmnah. Di sana Beliau membangun sebuah Masjid dan merupakan Masjid pertama
dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya
meneruskan perjalanan ke Madinah. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’
dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf persis pada waktu shalat Jum’at.
Lalu shalatlah beliau di sana. Inilah Jum’at pertama dalam Islam, dan karena
itu khutbahnya pun merupakan khutbah yang petama.
Kemudian Nabi berangkat meninggalkan
Bani Salim. Program pertama beliau sesampainya di Madinah ialah menentukan
tempat di mana akan dibangun Masjid. Tempat itu ialah tempat di mana untanya
berhenti setibanya di Madinah. Ternyata tanah yang dimaksud milik dua orang
anak yatim. Untuk itu Nabi minta supaya keduanya sudi menjual tanah miliknya,
namun mereka lebih suka menghadiahkannya. Tetapi beliau tetap ingin membayar
harga tanah itu sebesar sepuluh dinar. Dengan senang hati Abu Bakar menyerahkan
uang kepada mereka berdua.
Pembangunan Masjid segera dimulai
dan seluruh kaum Muslimin ikut ambil bagman, sehingga berdiri sebuah Masjid berdinding
bata, berkayu batang korma dan beratap daun korma.
Kesembilan
Kemudian Nabi mempersaudarakan antara orang-orang
Muhajirin dengan Anshar. Setiap orang Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai
saudara¬nya sendiri, mempersilakannya tinggal di rumah¬nya dan memanfaatkan
segala fasilitasnya yang ada di rumah bersangkutan
Kesepuluh
Selanjutnya Nabi saw. merumuskan
piagam yang berlaku bagi seluruh kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi. Piagam
inilah yang oleh Ibnu Hisyam disebut sebagai undang-undang dasar negara dan
pemerintahan Islam yang pertama. Isinya mencakup tentang perikemanusiaan,
keadilan sosial, toleransi beragama, gotong royong untuk kebaikan masyarakat,
dan lain-lain. Saripatinya adalah sebagai berikut:
Kesatuan
umat Islam, tanpa mengenal perbedaan.
Persamaan
hak dan kewajiban.
Gotong
royong dalam segala hal yang tidak termasuk kezaliman, dosa, dan
permusuhan.
Kompak
dalam menentukan hubungan dengan orang-orang yang memusuhi umat.
Membangun
suatu masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya, selurusnya dan
sekokoh-kokohnya.
Melawan
orang-orang yang memusuhi negara dan membangkang, tanpa boleh memberikan
bantuan kepada mereka.
Melindungi
setiap orang yang ingin hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dan tidak
boleh berbuat zalim atau aniaya terhadapnya.
Umat
yang di luar Islam bebas melaksanakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa
masuk Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
Umat
yang di luar Islam harus ambil bagian dalam membiayai negara, sebagaimana
umat Islam sendiri.
Umat
non Muslim harus membantu dan ikut memikul biaya negara dalam keadaan
terancam.
Umat
yang di luar Islam, harus saling membantu dengan umat Islam dalam
melindungi negara dan ancaman musuh.
Negara
melindungi semua warga negara, baik yang Muslim maupun bukan Muslim.
Umat
Islam dan bukan Islam tidak boleh melindungi musuh negara dan orang-orang
yang membantu musuh negara itu.
Apabila
suatu perdamaian akan membawa kebaikan bagi masyarakat, maka semua warga
negara baik Muslim maupun bukan Muslim, harus rela menerima perdamaian.
Seorang
warga negara tidak dapat dihukum karena kesalahan orang lain. Hukuman yang
mengenai seseorang yang dimaksud, hanya boleh dikenakan kepada diri pelaku
sendiri dan keluarganya.
Warga
negara bebas keluar masuk wilayah negara sejauh tidak merugikan negara.
Setiap
warga negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat salah atau berbuat
zalim.
Ikatan
sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk
kebaikan dan ketakwaan, tidak atas dosa dan permusuhan.
Dasar-dasar tersebut ditunjang oleh
dua kekuatan. Kekuatan spiritual yang meliputi keimanan seluruh anggota
masyarakat kepada Allah, keimanan akan pengawasan dan penlindungan-Nya bagi
orang yang baik dan konsekuen, dan Kekuatan material yaitu kepemimpinan negara
yang tercerminkan oleh Nabi Muhammad saw
Keteladanan
Rasul dalam membina umat di Madinah
Setelah sampai di Madinah beliau mulai
membangun umat dengan keteladanan, langkah awal ialah :
1.
Mempersaudaraan kaum muhajirin dan Anshor
Dalam rangka memperkokoh daulah Islam
di Madinah, Nabi Muhammad saw mempersaudarakan kaum muslimin yang satu dengan
yang lainnya. Di samping maksud di atas. Juga dimaksudkan untuk menambah
teguhnya persatuan umat Islam dan akrabnya hubungan Muhajirin dan Anshor. Yang
dipersaudaraan oleh diberi contoh oleh Rasul dengan mengangkat tangan Ali bin
Thalib dan menyatakan ”Ini saudaraku” setelah itu diikuti oleh masing- masing
mereka memilih saudara angkatnya sendiri, sebagai berikut :
No
Muhajirin
Anshor
1
Abu Bakar
Khrijah bin Zuhair
2
Umar bin Khatttab
Itban bin Malik
3
Bilal bin Rabah
Abu Ruwaihah
4
Amir bin Abdillah
Sa’ad bin Muadz
5
Abdul Rahman bin Auf
Sa’ad bin Rabi’
6
Zubair bin Awwam
Salamah bin Salamah
7
Usman bin Affan
Aus bin Tsabit
8
Thalhah bin Ubaidillah
Ka’ab bin Malik
9
Abu Huzaifah bin Utbah
Ubbah bin Bisyr
10
Ammar bin Yasir
Huzaifah bin Al Yaman
2. Keperwiraan
Rasulullah dalam memimpin perang
a. Perang
Badar.
Keperwiraan berasal dafri kata
”perwira” artinya gagah berani. Keperwiraan berarti keberanian. Rasulullah dalam beberapa
perang yang diikutinya, memeperlihatkan bahwa Rasulullah sebagai komandan
perang yang gagah berani. Banyak contoh keperwiraan Rasulullah dalam peperangan
melawan orang-orang kafir Quresy, seperti dalam perang Badar, Uhud dan Khandaq.
Perang Badar terjadi tanggal 17
Ramadhan tahun 2 Hijarah bertepatan 8 Januari 623 Masehi. Perang ini terjadi
didekat sebuat sumur milik Badar, terletak antara Mekkah dan Madinah. Kaum
muslimin berjumlah 314 orang sedangkan kafir Quresy 1000 orang yang lengkap
dengan peralatannya. Sedangkan kaum muslimin dengan senjata seadanya.
Strategi Rasulullah dalam perang Badar,
dengan menguasai penampungan air, hal itu sangat dibutuhkan kedua belah pihak.
Sewaktu kedua pasukan saling berhadapan, maka tiba-tiba seorang kafir Quresy
bernama Aswad bin As’ad . Ia Ingin menghancurkan kolam penampungan air yang
dimiliki kaum muslimin tetapi hal ini dapat digagalkan oleh Hamzah bin Abdul
Muthalib dan Aswad pun tewas dipukul dengan pedang.
Peperangan dimulai dengan perang
tanding satu lawan satu dari pihak Quresy diwakili 3 orang yaitu : Utbah,
Syaibah bin Rabiah dan Al Walid Utbah. Dari kaum Muslimin diwakili Ubaidah bin
Harits, Ali bin Abi Thalib dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Ketiga pahlawan
Quresy ini mati terbunuh. Dilanjutkan dengan perang masal,dengan iman yang kuat
Kaum Muslimin dapat memenangkan peperangan ini dengan pertolongan Allah.
b. Perang uhud.
Perang Uhud terjadi pada pertengahan
bulan Sya’ban tahu ke tiga Hijrah bertepatan dengan bulan Januari tahun 625
Masehi. Peperangan terjadi di gunung Uhud, sebelah utara kota Madinah. Oleh
karena itu peperangan ini dinamai Perang Uhud. Perang ini terjadi karena kaum
Quresy ingin membalas kekalahan di Perang Badar sebelumnya.
Kaum muslimin berkuatan 700 orang
sedangakan kaum kafir Quresy berkuatan 3000 orang. Dalam peperangan ini umat
Islam dipimpin oleh Nabi Muhammad saw sedangan kaum Quresy dipimpin oleh Abu
Sufyan bin Harb, yang didampingi isterinya Hindun penyair yang mempunyai suara
yang bagus untuk memberi semangat dan menghibur pasukannya. Peperangan dimulai
dengan perang tanding satu lawan satu dari kaum Muslimin diwakili oleh Ali bin
Abi Thalib, Hamzah bin Abdul Muthalib, Sa,ad bin Abi Waqas dan Ashim bin
Tsabit. Orang Quresy diwakili oleh Musafi bin Thalhah, Harits bin Thalhah,
Kilab bin Thalhah dan Jallas bin Thalhah. Dalam perang tanding ini semua
pahlawan Quresy mati terbunuh, setelah itu baru dilanjutkan dengan perang
massal.
Pada mulanya kaum muslimin sudah menang
dan kaum kafir meninggalkan hartanya, disebabkan kaum muslimin khususnya
pasukan pemanah turun dari tempatnya untuk berbagi harta rampasan, pos kaum
muslimin kosong, saat itu Khalid bin Walid pasukan kuda kaum Quresy mendapat
kesempatan menerobos kaum muslimin kaum muslimin kucar kacir. Akhirnya
kemenangan sudah ditangan sebelumnya sekarang menjadi sirna disebabkan oleh
godaan dunia yaitu harta rampasan perang, kemenangan berpindah tangan kepada
Kaum Kafir Quresy.
Sebab kekalahan perang ini ialah:
1). Tentara panah yang berjumlah 50
orang taat kepada Rasulullah.
2) Adanya kaum
munafiq sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay yang mundur
tidak mau berperang.
3) Terjadinya
perbedaan pendapat antara kaum tua dan muda tentang tempat peperangan yang muda
ingin di luar kota, sedangkan kaum tua ingin bertahan dalam kota Madinah.
c. Perang Khandaq.
Perang Khandaq atau Ahzah terjadi pada
bulan syawal tahun 5 Hijrah, bertepatan dengan bulan Maret tahun 627 Masehi.
Perang ini sebelah utara kota Madinah. Perang ini disebut khandaq (parit)
karena kaum muslimin membuat parit pertahanan. Disebut ”perang ahzab” karena
kaum Quresy bersekutu dengan penduduk lain yang berada sekitar kota Mekkah.
Kaum muslimin berkekuatan sebanyak 3000 orang sedangakan kaum Quresy berkekutan
10000 orang .
Kaum muslimin dipinpin oleh Nabi
Muhammad saw didampingi Ali bin Abi Tahalib, sedangkan kaum Quresy dipimpin
oleh Abu Sufyan. Peperangan ini dimenangkan oleh kaum muslimin dengan cara
bertahan di balik parit ayau khandaq. Parit ini merupakan ide seorang sahabat
Rasul yang bernama Salman Al Farisi seorang sahabat yang berasal dari Bangsawan
Persia yang mengembara mencari kebenaran.
3. Wafat
Rasulullah
Menjelang wafat Rasulullah sewaktu
sakitnya makin parah, Rasulullah meminta kepada Isteri-isterinya yang lain
untuk dirawat di rumah Siti Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiq, Yang memimpin
sholat Jamaah pada saat itu Abu Bakar Ash Shiddiq, Keadaan itu membuat kaum
muslimin cemas dan khawatir, kalau-kalau Nabi wafat. Sewaktu Nabi mengetahui
kecemasan kaum muslimin beliau ingin menjumpai mereka. Dengan dipapah oleh Ali
bin Abi Thalib Nabi bersabda:” Wahai manusia! Saya mendengar bahwa kamu
sekalian merasa cemas kalau-kalau Nabimu meninggal dunia, pernahkah ada seorang
Nabi yang hidup selamanya? Kalau ada, maka aku akan dapat pula hidup selamanya! Saya
akan menemui Allah dan kamu akan menyusulku.
Rasulullah wafat pada tanggal 12 Rabiul
Awal tahun ke 11 Hijrah, bertepatan dengan 8 Juni 632 Masehi, setelah mengalami
sakit selama 13 hari dalam usia 63 tahun menurut perhitungan tahunHijrah.
Beliau Meninggal di Rumah Siti Aisyah binti Abu Bakar dan di kuburkan disana,
Diantara orang yang ikut memandikan beliau ialah : Abbas bin Abdul Muthalib,
Ali bin Abi Thalib, Fadhal bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran.
Reaksi sahabat ketika Rasulullah wafat,
banyak diantara sahabat dan kaum muslimin yang tidak percaya bahwa Rasulullah
wafat, Umar bin Khattab sangat marah sekali mendengar kabar wafatnya
Rasulullah, seraya berkata: ” Ada orang yang telah menyatakan Rasulullah
wafat! Sesungguhnya, demi Allah, beliau tidak wafat, hanya pergi mengahadap
Tuhannya, sebagaimana Nabi Musa pun pernah pergi menghadap Tuhan. Demi Allah,
Rasulullah akan kembali.” Tetapi setelah Abu Bakar membenarkan berita
kewafatan Rasulullah itu, disertai membacakan firman Allah dalam surat Ali
Imran ayat 144, maka barulah mereka percaya. Firman yang dibacakan tersebut
ialah: lihat Al-qur’an Onlines di oogle)
Artinya:”Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang
rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah
sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”
( Ali Imran:144)
Beliau meninggalkan dua pusaka dua
pusaka ini tidak akan lekang oleh panas dan tidak akan lapuk hujan itulah
Al-Qur’an dan Hadits dari Nabi Muhammad saw.
LATIHAN
Berilah
tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling tepat!
Sikap penduduk
Mekkah terhadap dakwah Nabi saw sebagai berikut….
semua
menolak
semua
menerima
sebagian
kecil menolak
ada yang
langsung menerima dan ada yang langsung menolak
semua
yang diatas benar
Paman Nabi
Muhammad saw yang sangat benci terhadap Islam ialah….
Abu
Tahalib
Abu Lahab
Abbas
Hamzah
Abu Bakar
Hasutan
Abu Lahab selalu dibantu oleh isterinya yang bernama ….
Umi
Salamah
Ummu
Aiman
Ummu
Jamil
Ummu
Lahab
Ummu
Kalsum
Berikut
ini adalah sahabat yang menemani Nabi sewaktu hijrah ke Madinah…
Abu Bakar
Abdur
Rahman bin Auf
Umar bin
Khattab
Ali bin
Abi Tahalib
Abdullah
bin Umar
Berikut
ini adalah sahabat yang dipersaudaraan oleh Rasul, kecuali …
Abu Bakar
dan Khrijah bin Zuhair
Umar bin
Khatttab dan Itban bin Malik
Bilal bin
Rabah dan Abu Ruwaihah
Amir bin Abdillah
dan Sa’ad bin Muadz
Ali bin
Abi Thalib dan Abdullah bin Zubair
Peperangan
yang pertama kali diikuti oleh Nabi Muhammad saw ialah….
Perang
Uhud
Perang
Badar
Perang
Khandaq
Perang
Tabuk
Perang
Hunaen
Pahlawan
Quresy yang terbunuh dalam perang tanding di Badar ialah….
Syaibah
bin Rabi’ah
Ubaidah
bin Harits
Ali bin
Abi Thalib
Hamzah
bin Abdul Muthalib
Umar bin
Khattab
Pahlawan
Kaum Muslimin yang mengikuti perang tanding di Badar ialah….
Utbah
Syaibah
bin Harits
Al Walid
bin Utbah
Usman bin
Affan
Umar bin
Khattab
Pimpinan
kaum munafiq yang mengundurkan diri dalam perang Ialah…
Abdullah
bin Saba’
Abdullah
bin Ubay
Abdullah
bin Salim
Umayyah
bin Khalaf
Abdullah
bin Zubeir
Pahlawan
Quresy yang terbunuh dalam perang tanding di Uhud, kecuali……
Musafi
bin Thalhah,
Harits
bin Thalhah,
Kilab bin
Thalhah
Jallas
bin Thalhah.
Al Walid
bin Utbah
Pahlawan
kaum Muslimin yang tidak mengikuti perang tanding di Uhud ialah…
Ali bin
Abi Thalib,
Hamzah
bin Abdul Muthalib,
Sa,ad bin
Abi Waqas
Ashim bin
Tsabit
Uamar bin
Khtattab
Yang
membunuh Aswad bin Abdul As’ad ialah ….
Ali bin
Abi Thalib
Hamzah
bin Abdul Muthalib
Ubaidah
bin Harits
Umar bin
Khattab
Usman bin
Affan
Pasukan
berkuda kafir Quresy yang dapat melumpuhkan pertahanan Islam dalam perang
Uhud ialah…
Abu Jahal
Abu
Sufyan
Khalid
bin Walid
Utbah bin
Rabi’ah
Kilab bin
Thalhah
Pada waktu
Nabi saw sedang sakit, yang menjadi imam shalat Jamaah ialah …..
Abu Bakar
Ash Shiddiq
Umar bin
Khatab
Hafsah
binti Umar
Saudah
binti Zam’ah
Usmah bin
Affan
Ketika
sakitnya mulai parah Nabi Muhammad saw meminta izin kepada
isteri-isterinya yang lain untuk dirawat di rumah…..
Siti
Maimunah
Siti
Aisyah
Hafsah
bin Umar
Saudah
binti Zam’ah
Zainab
binti Rawahah
Nabi
Muhammad saw wafat pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun ke 11 Hijrah
bertepatan dengan tanggal…
6 Juni
tahun 632 Masehi
7 Juni
tahun 632 Masehi
8 Juni
tahun 632 Masehi
8 Juni
tahun 633 Masehi
9 Juni
tahun 632 Masehi
Berikut
ini adalah yang ikut memandikan jenazah Nabi Muhammad saw, kecuali…
Abbas bin
Abdul Muthalib
Ali bin
Abi Thalib
Usamah
bin Zaid
Zaid bin
Haritsah
Qustam
bin Abbas
Yang dapat
menenangkan kegoncangan para sahabat dan kaum muslimin waktu Rasulullah
wafat ialah…
Ali bin
Abi Thalib
Usman bin
Affan
Zubair
bin Awwam
Abu Bakar
Ash Shiddiq
Abbas bin
Abdul Muthalib
Kaum
muslimin menjadi tenang sewaktu Rasulullah wafat, setelah seorang sahabat
membacakan Al Qur’an surat Ali Imran ayat….